Exclusive-Mail

exclusivemails.net

Rabu, 28 Juli 2010

Mengukur Peluang Usaha Jualan Voucer Isi Ulang





Sejak krisis ekonomi mendera negeri kita, banyak bidang bisnis yang terpuruk, stagnan, atau bahkan mati dan bangkrut. Tapi, ternyata tak semua bidang bisnis mengalami nasib yang mengenaskan itu. Ada satu bisnis yang justru berkembang pesat Disaat Krisis Ekonomi Menjadi-jadi. Bisnis ini tak lain adalah bisnis pulsa / Voucher handphone. Ya, dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan, jumlah kios penjual pulsa ponsel terus nongol bak cendawan di musim hujan. Hampir di setiap kios, ruko, pasar, perumahan, perkantoran, dan pengkolan jalan selalu saja ada orang-orang yang membuka gerai penjualan pulsa ponsel. Bahkan, bukan hal yang aneh jika beberapa teman Anda mungkin juga berjualan pulsa/ Voucher di kantor/ Kampus/ Sekolah Dll.. Fenomena ini muncul karena industri ponsel di Indonesia memang berkembang sangat pesat. Setiap tahun jumlah pemilik ponsel terus bertambah dan sekarang sudah mencapai puluhan juta orang. Mengingat peluang pasarnya masih terbuka lebar, operator-operator Telekomunikasi baru juga terus bermunculan. Sudah begitu, setiap operator biasanya juga memiliki beberapa produk sekaligus. Misalnya, selain IM3, PT Indosat Juga memiliki produk Matrix dan StarOne. Kemudian, PT.Telkomsel memiliki produk( Simpati, Kartu AS, Dan Halo ) . Selain itu di pasar masih ada Pro XL, Fren (Mobile-8), Esia ( Bakrie Telecom) DLL Jika melihat gambaran ini, bukan hal yang aneh jika permintaan pulsa / Voucher Untuk ponsel juga semakin membengkak dr tahun ke tahun. Peningkatannya bisa mencapai sekitar 40% ( berdasarkan nilai transaksi), WOW....Bukan Angka Yang Kecil. Ketika permintaan Voucher terus bertambah, jumlah penjualnya pun juga ikut bertambah. Sayang........ dong, kalau peluang nan gurih itu dilewatkan. Perputaran bisnis pulsa / Voucher itu menjadi semakin cepat ketika mulai muncul pulsa Handphone Dengan Pengisian Secara Elektronik di pasaran . Pasalnya, teknologi pengisian pulsa secara elektrik ini membuat para pedagang bisa mengecer pulsa dagangannya ke dalam pecahan yang kecil-kecil. Dulu, ketika baru ada voucher fisik, pedagang hanya bisa menjual pulsa dalam pecahan Rp 100.000, atau Rp 50.000. Sekarang, mereka bisa menjual pulsa elektrik dengan nominal Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, dan bahkan Rp 5.000. "Pokoknya voucher ini sekarang sudah benar-benar menjadi komoditas" Dengan pecahan yang semakin kecil, otomatis perputaran duit pada pemilik gerai pulsa juga semakin cepat. Walhasil, karena jumlah transaksi yang terjadi semakin banyak, mereka juga memiliki peluang semakin banyak untuk mengantongi keuntungan. Nah, apakah Anda sudah ikut mencicipi manisnya bisnis pulsa ponsel? Jika belum, tak perlu khawatir. Betul, jumlah gerai penjualan pulsa yang sudah sangat banyak memang membuat tingkat persaingan di bisnis ini sangat tinggi. Tapi, selama jumlah pengguna ponsel masih terus bertambah, rezeki dari pulsa ponsel juga belum habis. Hanya, sebelum mulai menggelontorkan modal, sebaiknya Anda mengenal seluk-beluk bisnis pulsa tersebut terlebih dahulu. Di mana peluang untuk Anda? Sebenarnya, Anda bebas memilih salah satu posisi di dalam rantai distribusi tersebut; bisa menjadi Suplier Voucher, dealer Voucher , ataupun pengecer Yang Lebih Dikenal Dengan Nama Agen Voucher Ataupun Retailer Voucher. Masalahnya, untuk bisa menjadi Suplier Voucher Elektronik, prosesnya tidak mudah. "Kita mengajukan kepada operator, disurvei, dan ada jangka waktu percobaan. Kalau menunjukkan kinerja yang baik atau perkembangan yang bagus, barulah dikasih kesempatan. Jika sudah lulus, Suplier akan memperoleh jatah pulsa secara rutin dari operator. Sistemnya adalah sistem diskon. Maksudnya, pihak operator akan menjual pulsa-nya kepada distributor dengan harga yang sedikit lebih rendah dari harga nominalnya. "Diskon yang diberikan Indosat sekitar 5%-7%,". Selanjutnya, distributor menjual voucher pulsa tersebut dengan memasang margin tertentu. Tapi, marginnya juga tak bisa tinggi-tinggi amat., paling banter distributor mengambil untung sekitar Rp 500 per voucher. Problem lainnya, karena bermain dalam partai besar, seorang Distributor/ Suplier harus menyediakan modal yang besar. Daripada pusing-pusing memikirkan semua tetek-bengek itu, Anda bisa memilih posisi yang ujung. Yakni, menjadi Dealer Ataupun Sebagai pengecer. Posisi yang dua ini tak membutuhkan modal besar. "Tapi, keuntungan yang bisa diperoleh penjual akhir, yang berhadapan langsung dengan pembeli ini, justru paling besar," Sudah begitu, caranya juga sangat simpel. Menjadi Dealer Voucher Dan Agen Voucher lebih mudah Tengok saja pengalaman Fendi, seorang pengecer pulsa yang beroperasi di dekat Superindo dan SMA 26, Tebet, Jakarta. Cara Fendi berjualan pulsa cukup unik dan tidak ribet. Lantaran tak punya modal yang cukup untuk menyewa kios, Fendi memilih berjualan pulsa secara asongan. Fendi memodifikasi sepeda ontel miliknya dengan menambahkan semacam etalase dari kaca di belakang sadel. Di situ, dia menaruh voucher-voucher (fisik) HP yang dia jual. Besarnya bervariasi; mulai dari yang nominalnya Rp 25.000 sampai Rp 100.000. Begitu sampai di tempat biasa mangkal, Fendi langsung memasang papan yang bertuliskan "Jual Voucher HP". Tak ketinggalan, Fendi juga mencantumkan harga-harga pulsa elektrik yang ia jajakan. Setelah itu, duduklah ia menunggu pembeli. Untuk memulai usahanya ini Fendi mengaku mengeluarkan modal sekitar Rp 1 juta. Modal itu ia pergunakan untuk membeli kartu-kartu voucher pulsa sebesar Rp 500 rb dan membayar deposit pulsa elektrik kepada distributor Rp 500 rb." Yang elektrik pulsanya ditransfer ke ponsel saya. Kalau menjual saya tinggal transfer lagi pulsa itu ke pembelinya," ujar Fendi. Oh, ya, modal itu belum menghitung modal untuk sepeda dan pembuatan etalase. Setelah ditekuni, ternyata usaha kecil-kecilan ini lumayan menguntungkan. Saat ini, Fendi mengaku bisa mengantongi omzet sekitar Rp 50-150 ribu per hari. "Kalau yang beli anak-anak SMA biasanya mereka lebih senang Voucher elektrik. Tapi, kalau orang kantoran kebanyakan beli yang voucher Fisik," tutur Fendi. Dari voucher elektrik, Fendi mengambil untung sekitar Rp 1.000-Rp 2.000 per transaksinya. Dari voucher fisik, untungnya sekitar Rp 2.000-Rp 3.000 per kupon. "Kalau yang voucher fisik harganya bisa berubah-ubah, tergantung dari barang di pasar lagi banyak atau tidak," imbuhnya. Jika ingin memperoleh keuntungan yang lebih besar, tentu saja, Anda harus memperbesar skala usaha. Untuk itu, sebaiknya Anda memiliki tempat usaha berupa kios kecil. Tentu saja lokasinya harus strategis; bisa di pinggir jalan, di dekat perumahan, dekat pasar, kantor, atau dekat sekolahan. Selain itu, Anda juga mesti menyediakan modal yang lebih besar lagi. Sebagai perbandingan, mari kita tengok kios 28 Celluler yang berada di Pos Pengumben, Jakarta Selatan. Ibu Ella, pengelola kios ini, mengaku sudah memulai usahanya sejak Juni 2004. "Modal yang saya keluarkan sekitar Rp 30 juta, itu belum termasuk untuk belanja awal voucher-nya," ujar Ella. Modal itu sebagian besar ia gunakan untuk menyewa kios, membeli etalase, dan pernak-pernik lain. Sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Fendi,Ibu Ella mengaku mengambil keuntungan sekitar Rp 1.000-Rp 1.500 per kupon. Tapi, Ella tidak cuma mengandalkan pendapatan dari penjualan pulsa. Untuk menggenjot penjualan ia juga menjajakan beberapa aksesori ponsel. Hasilnya, Ella bisa mengantongi keuntungan sekitar Rp 10 juta per bulan. Itu termasuk keuntungan dari penjualan voucher yang mencapai sekitar 80 voucher per hari. Agar usahanya sukses, setiap pemilik gerai pulsa tentu saja harus menyediakan produk voucher dari semua operator seluler yang ada. Artinya, ia juga harus menjalin kerja sama dengan Distributor semua operator. Cuma, sekarang, sudah ada Distributor yang bekerja dengan hampir semua operator. Artinya, kita tinggal bekerja sama dengan satu Distributor saja dan kita sudah memperoleh pasokan voucher keluaran semua operator, Atau Yang Lebih Dikenal Dengan Suplier Multi Operator.

sumber : 999.blog.m3-access.com  or   http://maxipulsa.com and       

                http://mahardian93.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar